Rabu, 21 Oktober 2009

pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia pendidikan


Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan


Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan teknologi informasi, sekolah-sekolah di Indonesia sudah waktunya mengembangkan Sistem Informasi manajemennya agar mampu mengikuti perubahan jaman.

SISKO mampu memberikan kemudahan pihak pengelola menjalankan kegiatannya dan meningkatkan kredibilitas dan akuntabilitas sekolah dimata siswa, orang tua siswa, dan masyakat umumnya.Penerapan teknologi informasi untuk menunjang proses pendidikan telah menjadi kebutuhan bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Pemanfaatan teknologi informasi ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas bagi manajemen pendidikan. Keberhasilan dalam peningkatan efisiensi dan produktivitas bagi manajemen pendidikan akan ikut menentukan kelangsungan hidup lembaga pendidikan itu sendiri. Dengan kata lain menunda penerapan teknologi informasi dalam lembaga pendidikan berarti menunda kelancaran pendidikan dalam menghadapi persaingan global.

Pemanfaatan teknologi informasi diperuntukkan bagi peningkatan kinerja lembaga pendidikan dalam upayanya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia. Guru dan pengurus sekolah tidak lagi disibukkan oleh pekerjaan-pekerjaan operasional, yang sesungguhnya dapat digantikan oleh komputer. Dengan demikian dapat memberikan keuntungan dalam efisien waktu dan tenaga.

Penghematan waktu dan kecepatan penyajian informasi akibat penerapan teknologi informasi tersebut akan memberikan kesempatan kepada guru dan pengurus sekolah untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan pembinaan kepada siswa. Dengan demikian siswa akan merasa lebih dimanusiakan dalam upaya mengembangkan kepribadian dan pengetahuannya.

Sebagai contoh yang paling utama adalah sistem penjadwalan yang harus dilakukan setiap awal semester. Biasanya membutuhkan waktu lama untuk menyusun penjadwalan, Dengan SISKO dapat selesai dalam waktu singkat. Untuk mempermudah bagian administrasi kurikulum sekolah, SISKO menyediakan fasilitas istimewa yang merupakan inti dari sistem kurikulum sekolah yaitu membantu dalam pembuatan penjadwalan mata pelajaran sekolah yang dapat diproses tidak lebih lama dari 10 menit. Administrator hanya akan memasukkan kondisi dari masing-masing guru yang akan mengajar baik itu dalam 1 minggu seorang guru dapat mengajar berapa jam, selain itu dapat juga melakukan pemesanan tempat dan penempatan hari libur masing-masing guru dalam 1 minggu masa mengajar. Setelah semua kondisi dimasukkan, sistem akan memproses semua data tersebut sehingga menghasilkan jadwal yang optimal dan dapat langsung dipakai karena sistem akan mendeteksi sehingga tidak akan ada jadwal yang bertumpukan satu dengan yang lainnya.

Setelah semua kondisi dimasukkan, sistem akan memproses semua data tersebut sehingga menghasilkan jadwal yang optimal dan dapat langsung dipakai karena sistem akan mendeteksi sehingga tidak akan ada jadwal yang bertumpukan satu dengan yang lainnya. Setelah permasalahan penjadwalan dapat ditangani dengan baik, hal yang tidak kalah pentingnya adalah memasukkan data siswa (penilaian siswa).

Program SISKO telah menyediakan fasilitas untuk penanganan penilaian siswa yang secara langsung memasukkan nilai ke dalam raport dan siap dicetak. Untuk sistem penilaian siswa, yang dapat melakukan pengisian hanya Guru yang mengajar mata pelajaran. Sistem penilaian telah disesuaikan dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) sehingga masing-masing guru dapat memasukkan deskripsi narasi dari mata pelajaran. Untuk menampilkan data penilaian dapat disesuaikan kembali dengan kebijaksanaan dari masing-masing lembaga pendidikan apakah ingin menampilkan data nilai akhir siswa maupun menampilkan data nilai siswa setiap kali mengadakan test ataupun tugas tertentu.

Selain Modul untuk penjadwalan dan Modul Penilaian siswa, SISKO juga memberikan fasilitas untuk bagian administrasi keuangan sekolah dalam hal pembayaran SPP siswa. Bagian administrasi dapat langsung mengecek siapa siswa yang mempunyai tunggakan SPP dan untuk detail histori pembayaran SPP dari masing-masing siswa dapat dicetak seperti mencetak buku tabungan di bank sehingga mempermudah pekerjaan pihak administrasi keuangan. Administrasi keuangan dapat langsung melakukan pengaturan data pembayaran masing-masing siswa sesuai dengan kebutuhan dan dapat diubah sewaktu-waktu apabila ada kenaikan pembayaran SPP. Apabila siswa tersebut akan melakukan pembayaran, petugas dapat langsung memasukkan data. Hal sama juga dapat dilakukan untuk Data pembayaran Sumbangan Sukarela dan Tabungan Karyawisata.

Dengan berbagai fasilitas yang ada di program SISKO, penerapan SISKO sangat menguntungkan lembaga pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas kinerja lembaga pendidikan. Oleh karena itu SISKO diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi lembaga pendidikan dalam :

• Penyimpanan dan pengolahan data siswa, staf, keuangan, dan asset sekolah

• Analisis perkembangan kinerja siswa, guru, dan sekolah dari periode ke periode

• Penyediaan informasi tentang perkembangan studi siswa kepada Guru Wali dan Orang Tua

• Penyediaan informasi untuk mendukung pelaporan kepada Kantor Dinas Pendidikan yang terkait dengan Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Badan Akreditasi Sekolah (BAS)

• Pengolahan data menjadi informasi untuk mendukung pengambilan keputusan

• Pengelolaan perpustakaan termasuk katalogisasi buku-buku, penelusuran buku, proses peminjaman dan pengembalian buku, status keberadaan buku, dan penetapan jumlah denda.

Penyediaan komunikasi yang berupa instant messaging kepada stakeholder-nya dengan memanfaatkan teknologi internet dan teknologi komunikasi nirkabel.

dampak dari kemajuan tekhnologi


Dampak Kemajuan Teknologi

October 11, 2009 // Posted in Uncategorized

Menghadapi kuatnya kecenderungan menggejalanya teknologi sebagai kekuatan otonom (J. Ellul) sehingga melahirkan teknokrasi dan akhirnya menjelma sebagai teknopoli (N. Postman), manusia masa kini akhirnya berhadapan dengan berbagai tuntutan dan tantangan yang ditimbulkan hasil ciptaannya sendiri, yaitu teknologi. Betapapun canggihnya, setiap teknologi adalah hasil daya cipta manusia.


Sejak bergulirnya era industrialisasi, maka selama dua abad terakhir dari milenium ke-2 ini kita tidak hanya menyaksikan teknologi maju secara konsisten, melainkan juga melaju melalui lompatan dan terobosan (leaps and breakthroughs), teristimewa pada lima puluh tahun terakhir abad ke-20 ini. Kemajuan teknologi begitu pesatnya, sehingga nyaris tiada bidang kehidupan manusia yang bebas dari terpaan dampaknya, cepat atau lambat dan langsung atau tak langsung. Perkembangan industrialisasi yang didukung oleh kemajuan teknologi itu pula yang mengawali produksi sesuatu secara massal (mass production) dan tidak mungkin tertandingi oleh produktivitas yang diandalkan semata-mata pada kemampuan manusia.
Kalau direntang dalam periode sejak terjadinya revolusi industri hingga akhir abad ini, maka dua ciri menonjol dalam kinerja produksi ialah prosesnya yang digerakkan melalui mechanization and automation. Berbagai kegiatan manusia yang bersifat produktif berangsur-angsur diambil alih oleh kedua daya tersebut, bahkan dengan kemampuan yang berlipat ganda. Sejalan dengan meningkatnya kemampuan produktif itu pula maka makin kuat dukungan untuk produksi yang bersifat massal.
Kalau periode pertama sejak terjadinya Revolusi Industri ditandai oleh diambilalihnya berbagai fungsi manusia yang berupa kemampuan fisik, maka dalam lima puluh tahun terakhir ini fungsi manusia yang berupa kemampuan mental juga mulai diambil alih oleh teknologi. Teknologi komputer menjadi ilustrasi yang tepat untuk menunjukkan betapa teknologi pun berkesanggupan untuk menjadi perpanjangan atau pengganti kemampuan fungsi mental pada manusia. Maka dalam dua dasawarsa terakhir abad ini banyak pakar yang bersibuk diri dengan studi tentang apa yang dewasa ini terkenal dengan istilah artificial intelligence.
Gambaran komprehensif dan kritis tentang artificial intelligence dapat diperoleh dari buku Raymond Kurzweil, The Age of Intelligent Machines, yang menghimpun pendapat sejumlah pakar mengenai perkembangan intelligent machines.

Menjadi Surplus

Begitu eratnya keterjalinan antara manusia dan teknologi sebagai perpanjangan kemampuannya, sehingga yang asalnya merupakan minus dari kemampuannya (ability), bisa dikembangkan menjadi surplus bagi kesanggupannya (capability). Menurut fitrahnya manusia tidak mampu terbang, namun dengan teknologi dia mampu terbang, bahkan tinggal beberapa lama di angkasa luar; pertemuan tatap-muka (face-to-face) secara berhadapan juga dapat dilaksanakan dalam jarak amat jauh melalui tatap-citra (image-to-image).
Banyak lagi yang bisa dicontohkan sebagai ilustrasi untuk menunjukkan betapa teknologi telah memungkinkan terjadinya transformasi mendasar dan berskala luas –bahkan nyaris sulit dibatasi– dalam peri kehidupan manusia dan kemanusiaan. Transformasi tersebut juga telah menimbulkan perubahan dalam berbagai pola hubungan antar-manusia (patterns of human relations), yang pada hakikatnya adalah interaksi antar-pribadi (interpersonal relations) dan bersifat hubungan intersubjektif.
Seiring dengan kemajuan teknologi, ruang dan waktu sebagai dimensi eksistensial juga berubah secara kuantitatif maupun kualitatif, terutama oleh faktor kekuatan (power) dan kecepatan (speed); kedua faktor ini makin meningkat pengaruhnya seiring dengan berlanjutnya pemutakhiran dan pencanggihan teknologi. Pengaruh faktor kekuatan dan kecepatan itu terutama mencuat dalam perkembangan teknologi transportasi serta komunikasi dan informasi.
Dalam kaitan ini, kiranya secara khusus perlu dicermati perkembangan teknologi yang menunjang kesanggupan untuk menyebarkan informasi dengan daya jangkau global. Teknologi ini menerpa kita dengan bahan informasi secara bertubi-tubi serta melintas dengan kecepatan tinggi sekali lewat jaringan global yang diibaratkan sebagai super-highways. Kedua faktor itu pula yang menambah nilai efisiensi, sehingga keterlambatan penguasaannya niscaya juga berarti ketertinggalan dalam laju proses modernisasi.

Melampaui Kemampuan Manusia

Terpaan stimuli berupa bahan informasi yang berlangsung secara segera (instant) dan serentak (simultaneous) itu sangat jauh melampaui kemampuan manusia untuk menyerap dan mengendapkannya, kecuali dengan dukungan teknologi yang sepadan pula. Terwujudnya jaringan internet merupakan ilustrasi yang mengukuhkan betapa besar dampak mondial yang dapat ditimbulkan oleh kemajuan teknologi yang mendukungnya. Internet telah memberi wujud bagi keterbukaan dalam arti luas; keterbukaan berbagai sumber untuk memperoleh informasi, keterbukaan untuk menyebarkan informasi (tentu bisa juga yang bersifat mis- atau dis-informasi), keterbukaan menjalin komunikasi untuk berbagai kepentingan dari yang paling pribadi dan subjektif hingga yang paling lugas dan objektif.
Dari berbagai kenyataan yang menggejala dewasa ini makin nyatalah keberhasilan teknologi memberi struktur pada dunia manusia sebagai gelanggang akbar, yang diringkas sebagai suatu matriks interaksi. Sebagai konsekuensinya, tampaknya mustahil untuk mencegah kecenderungan akan menggejalanya berbagai pola baru dalam perilaku manusia, khususnya dalam interaksi antarpribadi yang mestinya berciri intersubjektif.
Perikehidupan manusia yang ditandai tempo-hidup (life-space) yang kian meninggi, berjalan seiring dengan dihayatinya ruang-hidup (life-space) yang kian menyempit karena meningkatnya keterjalinan manusia ke dalam berbagai jaringan interaksi. Anehnya, makin derasnya banjir informasi yang menerpa manusia pada analisis akhirnya berakibat terjadinya pemiskinan kemampuannya untuk menyimpan (retention) bahan informasi yang diterimanya dan juga kemampuannya untuk menampilkan kembali (retrieval) kesan-kesan yang tersimpan padanya. Namun, kedua kemampuan tersebut pun dapat digantikan oleh teknologi yang sepadan.
Maka dapat dimengerti kiranya, kalau dewasa ini makin kuat pula kecenderungan untuk memperbandingkan — bahkan menyamakan — fungsi otak manusia dengan komputer. Michael W. Eysenck dalam hubungan ini menyatakan: “Information processing in people resembles that in computers”. Kalau demikian halnya, maka tidak tertutup kemungkinan, bahwa dalam jangka panjangnya proses tersebut sebagian besar (atau sepenuhnya?) bisa diambil alih oleh kemampuan komputer yang makin dipercanggih.
Sebagai kelanjutan dari penerapan teknologi modern timbul pula keharusan untuk memperbarui berbagai tatanan yang ditujukan pada adanya keteraturan dalam kinerja manusia, secara individual maupun kolektif. Dalam kaitan ini makin menonjollah arti penyusunan organisasi dan perancangan sistem. Maka tidaklah mengherankan kalau serempak dengan penerapan teknologi modern, keterlibatan manusia dalam organisasi dan keterikatannya pada sesuatu sistem menjadi imperatif yang sulit disanggah. Bahkan boleh jadi manusia modern tidak punya pilihan lain bagi aktualisasi dirinya, kecuali melalui keterkaitannya ke dalam organisasi dan sistem tertentu yang secara apriori meletakkan berbagai rambu-rambu bagi perilakunya.
Rambu-rambu itu diperlukan antara lain demi terjaminnya disiplin kerja, fungsi birokrasi, kepatuhan hierarki, sinkronisasi, dan koordinasi antarsatuan kerja, kesinambungan arus masukan dan keluaran guna menjamin kelancaran kinerja, efektifnya pengawasan, dan pengendalian mutu, dan sebagainya. Kesemuanya ini menimbulkan tuntutan bagi diterapkannya suatu cara untuk mengelola keseluruhan organisasi dan sistem yang bersangkutan; tuntutan itu dipenuhi dengan diberlakukannya suatu ragam tata laksana kerja yang lazimnya disebut manajemen.
Sebagai unsur dalam organisasi dan sistem yang harus berjalan optimal demi mencapai sasaran tertentu, maka manusia terpaksa harus siap mengalami reduksi diri karena dibatasinya perannya sebagai salah satu unsur belaka dalam sesuatu konfigurasi fungsional. Sebagai unsur fungsional dia bisa saling dipertukarkan (interchangeable) atau bahkan diganti (replaceable).
Dalam era teknologi, pertukaran, maupun pergantian itu semakin mungkin dilakukan melalui substitusi manusia oleh peralatan. Kenyataan ini pun akan merupakan tantangan yang tidak mudah diatasi, bahkan berpengaruh memperumit masalah kesempatan kerja, karena meningkatnya jumlah pencari kerja yang timbul serentak dengan makin menyempitnya kesempatan kerja sebagai akibat makin terbukanya kemungkinan substitusi manusia oleh peralatan. Perlu ditambahkan bahwa kemajuan teknologi menuntut terisinya kesempatan kerja terutama berdasarkan profesionalisme dan expertise semutakhir mungkin. Tantangan ini tidak mudah dipenuhi, karena penguasaan sesuatu bidang keahlian juga harus berpacu dengan laju teknologi itu sendiri.

Teknokrasi dan Teknopoli pada Teknologi

Implikasi kemajuan teknologi berbeda dengan perkembangan ilmu. Dalam bidang ilmu, sesuatu tesis baru tidak dengan sendirinya berarti gagalnya keabsahan atau berlakunya tesis lama, sekalipun dirumuskan sebagai anti-tesis. Begitu pula, sesuatu teori baru tidak harus berarti usangnya teori terdahulu, meskipun disajikan sebagai kontra-teori. Beberapa tesis atau teori bisa saling bertahan dalam juxtaposisi dan masing-masing penganutnya tetap mempertahankan keabsahannya; bahkan sesuatu tesis atau teori lama bisa dimunculkan kembali
Sedang kemajuan teknologi ditandai oleh susul-menyusulnya proses pemutakhiran dan pengusangan. Setiap kali sesuatu teknologi dimutakhirkan selalu membawa konsekuensi dianggap usangnya pendahulunya. Kendatipun rentang masa hidupnya berbeda-beda, namun setiap teknologi mutakhir akan menjadikan pendahulunya tertinggal dan akhirnya usang.
Memperhatikan pesatnya laju kemajuan teknologi secara kuantitatif dan kualitatif dewasa ini, maka sangat boleh jadi daur pemutakhiran dan pengusangan itu akan terjadi dalam jangka waktu yang semakin singkat. Makin pesat laju kemajuan dalam sesuatu bidang teknologi, makin cepat pula berlansungnya susul-menyusul antara pengusangan dan pemutakhiran. Proses ini dapat digambarkan antara lain melalui kemajuan teknologi komputer dalam beberapa tahun saja belakangan ini. Sebagai konsekuensinya, usaha untuk menguasai teknologi yang terus-menerus mengalami pemutakhiran itu menuntut berkesinambungannya pelatihan dan pelatihan-ulang.
Menyaksikan kemajuan teknologi ini, Jacques Ellul berkesimpulan bahwa teknologi dalam zaman modern ini semakin berkembang sebagai autonomous force. Sebagai daya yang terus-menerus maju-dengan-pemutakhiran, akhirnya teknologi tampil sebagai kekuatan (kratos) yang dominan dalam kehidupan modern dan pascamodern. Teknologi yang asal mulanya diciptakan sebagai perpanjangan bagi kemampuan manusia, lambat-laun berbalik menjadikan manusia sebagai perpanjangannya, apalagi oleh makin bertambahnya ketergantungan manusia pada penyertaan teknologi dalam berbagai bidang kehidupannya.
Dominasi teknologi sebagai kekuatan yang makin berpengaruh dalam mengendalikan peri kehidupan manusia dan kemanusiaan itu oleh sejumlah filsuf akhir abad ini disebut sebagai gejala teknokrasi. Keterbiasaan manusia modern untuk hidup “bergandengan” dengan teknologi nyaris menjadi ketergantungan, sehingga kegagalan teknologi bisa bersifat katastrofal. Perhatikan apa kosenkuensinya, jika di Jakarta ini tiba-tiba putus semua aliran listrik.
Teknokrasi membawa berbagai konsekuensi terhadap kehidupan manusia umumnya, secara individual maupun kolektif. Sejalan dengan kemajuan teknologi dan makin menggejalanya teknokrasi, makin banyak pula pola dan kecenderungan baru yang muncul sebagai tanggapannya. Berubahnya pola interaksi antar-manusia dimungkinkan oleh intervensi peralatan; pola kerja pun berubah oleh dimungkinkannya substitusi unsur manusia oleh mesin, pembakuan sebagai ciri yang melekat pada peralatan berlanjut dengan tindakan penyeragaman (uniformity) terhadap keanekaragaman (pluriformity) sebagai kenyataan manusiawi.
Dengan pembakuan dan penyeragaman itu terbukalah kesempatan untuk pemassalan berbagai karya manusia dengan dukungan peralatan yang makin meningkat kesanggupan dan kecanggihannya untuk mengganti manusia sebagai potensi kerja.
Kiranya tidak berlebihan untuk menyatakan, teknologi dan teknokrasi niscaya akan membawa perubahan pula dalam gaya hidup manusia dan masyarakat modern. Jika demikian halnya, maka tidak keliru pula untuk menyatakan bahwa dominasi teknologi dan teknokrasi akan berlanjut dengan berseminya budaya baru yang melahirkan berbagai nilai baru pula yang cenderung menjadi acuan perilaku manusia modern dalam berbagai pola interaksi dengan sesamanya.
Dengan lain perkataan: di samping berdampak struktural pada perikehidupan manusia, teknologi dan teknokrasi juga membangkitkan proses kultural dalam masyarakat yang diterpanya. Inilah gejala yang oleh N. Postman disebut technopoly, yang olehnya digambarkan sebagai berikut: Technopoly is a state of culture. It is also a state of mind. It consist in the deification of technology, which means that the culture seeks its authorization in technology, finds its satisfactions in technology, and takes its orders from technology. Maka yang menjadi masalah ialah sejauh mana sesuatu masyarakat siap memasuki zaman yang ditandai oleh supremasi teknologi dan teknokrasi sebagai daya pembangkit budaya baru tanpa merapuhkan ketahanan budayanya sendiri.

Konformisme Perilaku

Lepas dari penilaian sejauh mana budaya baru itu tampil sebagai budaya-sandingan (sub-culture) atau budaya-tandingan (counter-culture) dalam hubungannya dengan budaya asli sesuatu masyarakat, kehadiran budaya baru itu sedikit banyak niscaya akan berpengaruh terhadap konformisme perilaku yang telah membudaya dan cukup mantap dalam masyarakat tertentu. Konformisme perilaku erat kaitannya dengan persepsi nilai kebudayaan dan norma kemasyarakatan sebagai acuan yang cukup menyeragamkan perilaku warga masyarakat yang bersangkutan. Maka kehadiran suatu budaya baru mudah menimbulkan gejala heteronomi yang mungkin menjadi sebab timbulnya kekaburan atau kegoyahan sumber konformisme perilaku termaksud.
Dalam masyarakat dengan teknologi maju cukup banyak contoh yang menunjukkan betapa heteronomi bisa mengakibatkan munculnya berbagai perwujudan perilaku menyimpang — bahkan bersifat ekstrem — yang bisa berakibat pertentangan antar-lapisan dan antar-golongan dalam masyarakat. Beberapa perilaku menyimpang itu bisa berwujud pelarian untuk menghindar dari pengaruh budaya baru, mungkin berupa pencemoohan sambil memperkenalkan sumber nilai lain sebagai alternatif (misalnya mistik, metafisik).
Kalau benar bahwa sejalan dengan dominasi — apalagi glorifikasi — teknologi cenderung muncul budaya baru, maka bidang yang sangat penting pengaruhnya dalam hubungan ini ialah peran teknologi transportasi serta komunikasi dan informasi. Melalui bidang-bidang ini meningkatlah pertemuan antar-budaya secara kuantitatif dan kualitatif, dan sejalan dengan itu semakin melaju pula berlangsungnya berbagai proses pembudayaan yang berskala mondial.
Pertemuan antar-budaya tersebut seharusnya menjadi kesempatan saling-pengayaan wawasan pihak-pihak yang saling bertemu (mutualy insight-enhancing). Namun proses tersebut dalam kenyataannya dewasa ini lebih berlangsung sebagai arus satu arah, yaitu berlangsung sebagai banjir informasi dari pusat informasi global dengan dukungan teknologi canggih yang bebas melampias ke kawasan dengan penguasaan teknologi yang relatif tertinggal.
Pencanangan berlakunya Decade of Cultural Development oleh PBB mulai tahun 1988 untuk memperkukuh ketahanan budaya bangsa-bangsa dalam saling pertemuannya, ternyata tidak banyak artinya guna mencegah terjadinya arus pengaruh sepihak akibat terpaan proses pembudayaan yang berasal dari pusat-pusat global. Maka pada analisis ini akhirnya kita perlu membuat antisipasi tentang kemungkinan terjangkitnya gejala alienasi budaya disertai distorsi nilai-nilainya.

Perlu Dibenahi

Uraian di atas ini mungkin sekali mengesankan sikap negatif terhadap teknologi dan teknokrasi dalam perikehidupan manusia dan masyarakat. Kesan itu perlu segera dibenahi. Tujuan penyajian berbagai konsekuensi dari dominasi teknologi dan menguatnya gejala teknokrasi ialah agar kita tidak gampang terseret oleh sikap glorifikasi terhadap teknologi dan hasrat untuk serta-merta menerapkannya.
Maka menyambut kenyataan tersebut kita perlu senantiasa menyadari bahwa betapa pun majunya teknologi, sebagai hasil karya manusia adalah perpanjangan bagi kemampuannya, dan bukan sebaliknya menjadikan manusia sebagai perpanjangannya. Betapa pun lompatan dan terobosan menandai kemajuan teknologi, manfaatnya harus diukur dari sejauh mana martabat dan kesejahteraan manusia terangkat olehnya, dan bukan sebaliknya berakibat pudarnya nilai-nilai manusiawi.
Itu sebabnya sejumlah filsuf menjelang peralihan abad ini memperingatkan, agar kemajuan teknologi tidak berakibat dehumanisasi dan despiritualisasi dalam perikehidupan manusia. Sebab betapa pun, manusia adalah pusat orientasi bagi dirinya; maka nilai kemanusiaan harus senantiasa diunggulkan di atas teknologi yang notabene merupakan hasil ciptaannya sendiri.
Dalam kegandrungan untuk menguasai dan menerapkan teknologi modern, sebaiknya kita juga menyisihkan waktu untuk mengamati munculnya berbagai gejala budaya baru dalam masyarakat yang telah menerapkan teknologi mutakhir dalam perikehidupannya. Dalam hubungan ini mestinya kita lebih dari sekadar melakukan studi dampak belaka; kita pun perlu mencurahkan perhatian pada studi perbandingan yang hasilnya bisa menjadi pedoman untuk kepentingan antisipasi terhadap berbagai risiko dan kontroversi yang boleh jadi akan menyertai penerapan sesuatu teknologi, sebagaimana misalnya terjadi dalam pengembangan dan penerapan teknologi nuklir dewasa ini, atau teknologi yang dikembangkan untuk memungkinkan dilahirkannya manusia unggul lewat eugenika — dan akhir-akhir ini juga melalui cloning — demi membangun a brave new world.

mengenal teknologi informasi

. Bagaimana mahluk hidup berkomunikasi ?

Hewan diberi kemampuan untuk berkomunikasi seperti lebah Menggunakan gerakan sayap berpola tertentu, kera Membuat mimik wajah untuk menyatakan perasaan dan Ikan paus & Lumba-lumba Mengeluarkan suara-suara tertentu untuk memberitahukan temanya.

Bagaimana dengan manusia !

Manusia memiliki kemampuan berpikir, berkhayal, berkreasi dan berinteraksi lebih baik dibandingkan hewan. Pada zaman prasejarah berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat, simbol-simbol tertentu, huruf paku, hicroglyph. Ada berbagai bahasa isyarat yang juga disebut bahasa sandi salah satunya adalah :

  • Sandi Semaphore yang ditentukan oleh angkatan bersenjata.
  • Sandi Morse yang ditentukan oleh Samuel F.B. Morse (1791-1871) yang digunakan untuk sistem telegraf.

B. Era Teknologi Informasi dan Komunikasi

Teknologi Informasi adalah teknologi pengolahan dan penyebaran data dengan menggunakan perangkat keras Hardware dan perangkat lunak. Teknologi Informasi di pengaruhi oleh perkembangan.

Beberapa perubahan terjadi sebagai pengaruh dari teknologi informasi antara lain :

  1. Perbankan berubah drastis sejak ditemukanya kartu kredit, ATM, perbankan melalui iternet, bahkan melalui telepon selular.
  2. Dunia bisnis dan industri telah memanfaatkan berbagai perangkat lunak aplikasi seperti pengolah kata, pengolah angka, dan pengolah data. Usaha mereka menjadi lebih efisien. Semua bagian jadi lebih terkomputerisasi.
  3. Teknologi informasi meluas hingga ke dunia pendidikan. Guru dan murid memilikik kesempatan menjajal berbagai perangkat lunak untuk meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar disekolah dan mendapatkan informasi melalui internet.
  4. Pemerintah bisa menyimpan data yang beser jumlahnya agar dapat digunakan untuk melayani masyaralat.
  5. Voice mail,faximili, telephon selular, penyeranta (pager), e-mail, dan percakapan jarak jauh menggunakan kamera video (video conference) semakin pesat dan berkembang di mana-mana.
  6. Para ilmuwan memanfaatkan teknologi informasi untuk mengumpulkan data secara otomatis demi menemukan pemecahan terhadapmasalah lingkungan dan manusia.
  7. Banyak toko-toko dan swalayan yang memanfaatkan kode garis (barcode) untuk melayani transaksi pembelilan secara lebih cepat.
  8. Para perancang sangat terbantu denga adanyna CAD atau computer aided design (perancang bibantu komputer). Gambar rancangan menjadi makin mendekati asli.
  9. Para insinyur elektrinik memenfaatkan program canggih untuk merancang rangkaian perangkaty-perangkat elektronik dan IC. Barang-barang elektronik yang dihasilkan pun kian canggih dan murah
  10. Pilot-pilot pesawat terbang sistem pengendalian penerbangan. Pesawat seperti dibimbing untuk terbang meniuju kota tujuan.
  11. Seorang mamager diperusahan membutuhkan data terkomputerisasi tentang pembelian barang-barang, persedaan barang, penjualan, penggajian, pesanan, dan anggaran perusahaan.
  12. Para dokter menjadi terbantu dalam mendiagnosa penyakit pasien dan menemukan langkah penyembuhanya. Peralatan robot membantu pembedahan, gambar komputer hasil pencitraan tiga dimensi mampu menunjukan letak tumor dalam tubuh.

Dengan makin meningkatnya penggunaan teknologi informasi muncul berbagai masalah etika, antaranya :

  1. Menyangkut privasi orang
  2. Keamanan dan ketepatan data dan informasi
  3. Perubahan cara kerja
  4. Penggunaan informasi dengan semestinyna
  5. UU hak cipta
  6. Masalah kesehatan dan lingkungan


kegiatan mahasiswa pra kuliah

Kegiatan Mahasiswa
Posted: 08.08.2004

1. Orientasi Akademik (ORMIK) : Pembinaan Kemahasiswaan dimulai pada saat orientasi, yang tujuan utamanya adalah:
  1. Merubah Pola belajar kecara belajar diperguruan tinggi
  2. Memberikan Semangat berprestasi (need of achievement)
  3. Menyeragamkan kemampuan berprestasi.
Sasaran Utama Ormik :
Pengenalan secara langsung tentang hal-hal pakok yang berkaitan denagn pendidikan tinggi, terutama tentang BSI, agar Mahasiswa baru segera siap dan dapat melaksanakan fungsinya sebagai Mahasiswa secara optimal

Sasaran Khusus Ormik :
  1. Mahasiswa memahami dan menyadari Hak dan Kewajiban sebagai anggota Civitas akademika dan peserta didik diperguruan tinggi
  2. Mahasiswa dapat mengenal unsur-unsur dan bagian-bagian di BSI dan memahami mekanisme kerjanya.
  3. Mahasiswa dapat memahami proses dan cara belajar di BSI.
  4. Mahasiswa dapat mengenal peraturan -peraturan dan pedoman - pedoman di BSI dan sekaligus dapat mempergunakannya.

2. Seminar Motivasi
Sebuah lingkungan yang kondusif akan menciptakan pola pikir dan prilaku yang positif.Lingkungan yang pesitif akan menghasilkan komunitas yang positif. Penciptaan komunitas positif ini dimulai dengan adanya pembangunan mind setting. Komunitas BSI adalah manusia yang mempunyai masa depan yang cerah. Sehingga pola pikir ini akan mempengaruhi pola prilakunya yang slalu mengarah pada pencapaian cita-cita dan penciptaan lingkungan yang positif.Penciptaan mind setting ini akan mempengaruhi pola interaksi antara komponen-komponen terkait di lingkungan BSI. Untuk menciptakan mind setting ini perlu adanya penyamaan persepsidan cara pandang. Sehingga perlu adanya pembekalan awal bagi Mahasiswa BSI. Pembekalan ini akan dikemas dalam suatu traning Motivasi yang diberikan sebelum Mahasiswa memasuki masa perkuliahannya. Diharapkan Mahasiswa yang sudah mengikuti pelatihan ini akan menjadi pribadi yang positif, pribadi yang saling menghargai dan pribadi yang mempunyai masa depan yang cerah.

3. Organisasi Kemahasiswaan
Organisasi kemahasiswaan BSI berada dalam satu wadah yang disebut denagn Ikatan Keluarga Besar Mahasiswa Bina Sarana Informatika (IKBM BSI) yang terdiri dari unsur:
  1. MPM = Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Lembaga tertinggi didalam IKBM BSI yang berfungsi sebagai legistratif dan yudikatif
  2. BEM = Badan Eksekutif Mahasiswa Badan Eksekutif tertinggi didalam IKBM BSI
  3. SEMA = Senat Mahasiswa Badan eksekutif akademi ditingkat cabang IKBM BSI
  4. UKM = Unit Kegiatan Mahasiswa Wadah kegiatan dan kreasi mahasiswa BSI dalam satu bidang peminatan.


4. Jenis Kegiatan Kemahasiswaan
» Penalaran Keilmuan
Meskipun kegiatan perkuliahan dan praktikum yang merupakan tugas dan kewajiban utama Mahasiswa sudah padat, tidak berarti berkurangnya kegiatan -kegiatan lain yang dapat menunjang prestasi belajar dan penyaluran hobi Mahasiswa. BSI berusaha menyediakan berbagai fasilitas untuk mendukung kegiatan Mahasiswa yang bersifat Kurikuler antara lain :
- Seminar
- Workshop

» Pengembangan Minat bakat dan kegemaran
Kegiatan ini berfungsi meningkatkan keterampilan, apresiasi, kesegaran jasmani dan pembinaan rohani. Beberapa kegiatan pengembangan minat,bakat dan kegemaran Mahasiswa BSI antara lain:

- Olah Raga
Olah raga : Sepak bola,basket,volley, Tenis meja,bulu tangkis, catur dan lain-lain yang biasa dipertandingkan dalam pekan olahraga BSI, serta kegiatan olahraga beladiri dan pencinta alam.
Adapun prestasi yang pernah diraih oleh Mahasiswa/i BSI dalam kegiatan olah raga antara lain:
Dalam Panjat Tebing yang menjuarai tingkat Nasional maupun Internasional
POMNAS,PON XV yang memperkuat Tim DKI, Civil Expo Speed Climbing Competitionyang diselenggarakan oleh salah satu perguruan tinggi di Depok, Asian Championship di Malaysia
Cabang olahraga Sepak Bola
berprestasi dan memenangkan beberapa kejuaraan Championship di Tokyo, piala HAORNAS suratin dan masuk dalam divisi I liga Indonesia. Kejuaraan Liga Championship mahasiswa diselenggarakan di Bandung merupakn suatu prestasi yang membawa harum Civitas Akademika BSI.
Dari Cabang Judo
prestasi yang diraih adalah sebagai juara Kejurnas Pelajar,
Juara beregu maupun perorangan PORDA Banten dan Invitasi Mahasiswa se-Jabotabek.
Cabang Taekwondo
BSI mengirimkan Mahasiswanya dalam keJurnas antar perguruan tinggi di UNPAr-Bandungdan meraih 1 Emas dan 3 Perak serta 3 Perunggu
Cabang Pencak Silat
ikut andil dalam Seagames XII di Brunai Darussalam.

- Kerohaniaan
Isro Mi'raj, Maulid Nabi, Tahun baru Hijriah,Qurban, Studi Islam, Majelis Taklim, Kegiatan seputar ramadhon, Halal bi halal dll (Rohani Islam. Natal, Paskah, Retreat dll (Rohani Kristen & Katolik).

- Pengabdian Masyarakat
Donor darah, Khitanan masal, posko bencana alam dll.

- Kesenian
Dari Unit Kegiatan Paduan Suaramendapat kehormatan untuk tampil di Hotel Hilton dalam acara penganugrahan orang-orang yang berjasa dalam dunia pendidikan.

program study AMIK bina sarana informatika

Akademi Manajemen Informatika & Komputer (AMIK)
Posted: 07.08.2004

Akademi Manajemen Informatika & komputer Bina Sarana Informatika (AMIK BSI) adalah akademi yang menciptakan sumber daya manusia yang menguasai teknologi komputer dan informatika serta menguasai bidang studi jurusan. Perpaduan ilmu tersebut sangat dibutuhkan disemua sektor usaha, baik pemerintah, swasta nasional maupun perusahaan asing. Amik BSI terdapat di Jabodetabek, Bandung, Tasikmalaya, Purwokerto, Purworejo, Yogyakarta dan memiliki 3 (tiga) jurusan jenjang Diploma Tiga (D.III)

mengenal BSI

Tahun Berdiri
3 Maret 1988
Lokasi Kampus
BSI Center Jl. RS Fatmawati No. 24, Pondok Labu - Jakarta Selatan 12450
Alamat Kampus-kampus BSI
Kontak Informasi
Halo BSI
:
(021)39843000
Fax
:
(021)39843007
E-Mail
:
informasi@bsi.ac.id
Gedung BSI
Surat
:
Gedung Menara Salemba
Jl. Salemba Raya No. 5
Jakarta Pusat 10440
Jumlah Akademi :
- 5 (Lima) dan Program 1 Tahun
Program Pendidikan/ Jurusan :
- 12 Program Pendidikan Diploma 3
- 8 Program Pendidikan Program 1 Tahun

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, pada dasarnya merupakan tekad rakyat Indonesia untuk memerangi kebodohan dan kemelaratan yang ditinggalkan oleh kekejaman penjajah. Pembinaan yang tepat dan terarah akan mengantarkan masyarakat Indonesia menuju pintu gerbang kemandirian sebagai bangsa yang merdeka. Hal ini kemudian mendorong didirikannya Yayasan Bina Sarana Informatika oleh Alm. Bapak Mayjen (Purn) H.R. Harsoyo, pada tanggal 3 Maret 1988.
Keyakinan yang menyertai berdirinya Yayasan Bina Sarana Informatika adalah, bahwa mengisi kemerdekaan merupakan tanggung jawab rakyat, terutama yang merasa mencintai tanah air dan bangsanya. Tanggung jawab tersebut kemudian memanggil pahlawan-pahlawan baru, untuk melanjutkan pengorbanan kesuma bangsa dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan dengan berusaha memerangi kebodohan dan kemelaratan itu.

Merasa mendapat panggilan tugas, maka tujuan didirikannya Yayasan Bina Sarana Informatika adalah Ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, menyediakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat luas pada umumnya, dan menjalankan usaha pendidikan komputer baik formal maupun non formal yang terjangkau bagi masyarakat luas.

Untuk mengemban tugas itulah, setelah cukup matang dipersiapkan, pada tanggal 3 Maret 1988 didirikan Lembaga Pendidikan Komputer Bina Sarana Informatika (LPK BSI) di Depok. Lembaga Pendidikan ini Bertujuan mendidik tenaga-tenaga terampil atau profesional di bidang komputer, untuk memenuhi kebutuhan SDM dalam pembangunan nasional Dengan semakin besar kepercayaan masyarakat terhadap LPK BSI, maka pada Oktober 1989 Kantor Pusat Yayasan Bina Sarana Informatika di pindahkan ke jakarta sekaligus meresmikan cabang ke 2 LPK BSI. Dengan berkantor pusat di Jakarta, kepercayaan masyarakat tumbuh semakin besar, sehingga guna mendekati peserta didik, maka secara berturut-turut dan dengan persiapan yang matang berdirilah cabang-cabang lainnya. Sejalan dengan perkembangan pada tahun 1990 Yayasan Bina Sarana Informatika mendirikan program pendidikan program pendidikan siap kerja yang bernama Politeknik Bina Sarana Informatika, dengan jurusan pertamanya Akuntansi Komputer dan angkatan pertama pada tahun ajaran 1990/1991.

Pada tahun akademik 1992/1993, BSI mendirikan 4 (empat) jurusan, yaitu Manajemen Informatika,Komputer Perbankan, Teknik Komputer dan Sekretaris resmi di buka. Pemeritah c.q. Departemen Pendidikan dan kebudayaan merubah nama Politeknik Bina Sarana Informatika menjadi Program Satu Tahun Bina Sarana Informatika yang sampai sekarang digunakan. Saat ini Program Satu Tahun Bina Sarana Informatika memiliki 5 (lima) jurusan, yaitu : Akuntansi Komputer, Manajemen Informatika, Teknik Komputer, Sekretaris dan Manajemen Perkantoran.

Kepercayaan pemerintah dan masyarakat makin besar kepada Bina Sarana Informatika, segera diimbangi dengan upaya-upaya penting, seperti penyempurnaan kurikulum, rekrutmen tenaga pengajaran, perbaikan sistem administrasi dan manajemen , dan peningkatan sarana dan prasarana belajar mengajar. Dan berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Yayasan Bina Sarana Informatika, dipersiapkan pula penyediaan tanah untuk pembangunan kampus milik sendiri, di jalan RS. Fatmawati Jakarta Selatan.
Dengan semakin mantapnya penyelenggaraan pendidikan di Bina Sarana Informatika ,dan makin besarnya minat dan kebutuhan keahlian di bidang komputer, maka Yayasan Bina Sarana Informatika pada tahun ajaran 1994 mendirikan Akademi Manajemen Informatika & Komputer Bina Sarana Informatika (AMIK BSI). AMIK BSI mulai melakukan kegiatannya pada tahun akademik 1994/1995 setelah izin operasional dikeluarkan.

Dan pada tanggal 3 Oktober 1995 melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 080/D/0/1995, AMIK BSI mendapatkan status Terdaftar kepada Jurusan Manajemen Informatika. Dapat pula dicatat, dengan status Terdaftar, pada tahun 1998 AMIK BSI berhasil meluluskan sarjana-sarjana muda baru komputer setelah yang bersangkutan menyelesaikan seluruh beban studi (ujian lokal,ujian negara, dan ujian sidang tugas akhir). Dan pada tahun akademik 1999/2000, Jurusan Manajemen Informatika mendapatkan status DIAKUI dan pada tahun akademik 2000/2001, Jurusan Manajemen Informatika mendapatkan status DISAMAKAN.

Dan sebagai relisasi mencerdaskan kehidupan bangsa dan memenuhi kebutuhan akan tenaga siap kerja, maka pada tahun 1998 AMIK BSI mengajukan penambahan jurusan baru, yaitu Jurusan Komputerisasi Akuntansi dan Jurusan Teknik komputer dan melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Nomor 441/DIKTI/KEP/98 tanggal 18 Desember 1998 ke dua jurusan tersebut mulai beroperasi pada tahun akademik 1999/2000.

Seiring dengan perkembangan BSI sebagai perguruan tinggi swasta komputer pilihan masyarakat, maka penyediaan sarana dan prasarana pendidikan modern yang terus ditingkatkan serta fasilitas-fasilitas sesuai dengan perkembangan dunia informatika juga terus ditingkatkan, menyebabkan BSI merasa perlu untuk bekerja sama dengan lembaga/organisasi lainnya yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas bagi mahasiswa. Kerjasama tersebut telah terealisasi dengan berdirinya Laboratorium Internet dan Laboratorium Unix /Linux. Dengan pengalaman yang didapat dan kebutuhan akan tenaga profesional dibidang-bidang lainnya, pada tahun akademik 2001/2002, BSI menambah jumlah akademinya, yaitu dengan beroperasinya Akademi Manajemen dan Sekretari Bina Sarana Informatika (ASM BSI) yang memiliki 2 (dua) jurusan, yaitu Sekretaris dan Manajemen Administrasi.

Perjalanan panjang yang telah ditempuh tidaklah sia-sia dengan semakin besarnya kepercayaan masyarakat, sehingga BSI tidak lagi hanya merupakan perguruan tinggi yang hanya mengajarkan bidang komputer saja, tetapi juga bidang-bidang ilmu lainnya. Dan pada tahun akademik 2002/2003, BSI mendirikan 2 (dua) akademi baru, yaitu Akademi Bahasa Asing Bina Sarana Informatika (ABA BSI) dan Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika (AKOM BSI).

ABA BSI memiliki 2 (dua) jurusan yaitu : Bahasa Inggris dan Bahasa Cina. Sedangkan AKOM BSI memiliki 3 (tiga) jurusan, yaitu : Kehumasan, Penyiaran dan Periklanan.Akademi terbaru yang BSI dirikan adalah Akademi Pariwisata (AKPAR BSI) yang memiliki 2 Jurusan yaitu : Perhotelan dan Usaha Wisata*. Terakhir, dengan meningkatnya sarana dan prasarana serta fasilitas dan mutu yang terus ditingkatkan, bukan berarti BSI meningkatkan biaya pendidikannya. BSI tetap merupakan perguruan tinggi swasta pilihan bagi seluruh lapisan masyarakat dengan fasilitas lengkap dengan biaya terjangkau.


Visi

Menjadi Institusi Pendidikan yang berbasis Teknologi dan Informasi

Misi
Menyelenggarakan Pendidikan yang Berbasis Teknologi dan Informasi dengan biaya terjangkau dan mutu yang baik